Dress dari Titik Buta Mata Hati Seorang Peramal
Dalam dunia yang kabur antara nyata dan gaib, di mana waktu menari dalam pusaran kemungkinan, hiduplah seorang peramal bernama Elara. Ia dikenal di pelosok-pelosok kota sebagai "Elara sang Titik Buta," bukan karena ketidakmampuannya melihat masa depan, justru sebaliknya. Julukan itu merujuk pada caranya melihat: ia tidak melihat masa depan dengan mata lahir, melainkan dengan hati, dengan intuisi yang diasah hingga menembus batas-batas logika. Namun, bahkan bagi seorang Elara, ada titik buta. Sebuah ruang hampa dalam penglihatannya yang membuatnya penasaran, ruang yang akan diisi oleh sebuah dress.
Elara tinggal di sebuah gubuk reyot di tepi kota, dikelilingi tanaman herbal yang wangi dan buku-buku usang yang penuh catatan. Setiap hari, orang-orang datang padanya dengan harapan menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka, mencari petunjuk tentang jalan yang harus ditempuh. Elara melayani mereka dengan sabar, membaca telapak tangan, daun teh, atau kartu tarot, namun ia selalu menekankan satu hal: masa depan bukanlah takdir yang terpahat di batu, melainkan jalan yang dipenuhi cabang-cabang kemungkinan. Pilihan yang kita buat hari ini akan membentuk esok.
Namun, akhir-akhir ini, Elara merasakan ada sesuatu yang berbeda. Visinya mulai terganggu, seolah ada kabut tipis yang menghalangi pandangannya. Ia merasa ada sebuah peristiwa penting yang akan terjadi, namun ia tidak bisa melihatnya dengan jelas. Hal ini membuatnya gelisah. Biasanya, visinya datang seperti kilatan cahaya, jelas dan tajam. Sekarang, visinya terasa buram dan tidak lengkap.
Suatu malam, saat Elara sedang bermeditasi di bawah cahaya bulan, ia merasakan sebuah dorongan yang kuat. Ia merasa harus pergi ke pasar malam yang diadakan di pusat kota. Pasar malam itu bukanlah tempat yang biasa ia kunjungi. Ia lebih suka menghabiskan waktunya di gubuknya, membaca dan merenung. Namun, dorongan itu begitu kuat sehingga ia tidak bisa mengabaikannya.
Dengan langkah ragu, Elara berjalan menuju pasar malam. Keramaian dan hiruk pikuk pasar malam membuatnya pusing. Warna-warni lampu, suara tawa, dan aroma makanan yang menggugah selera, semuanya terasa berlebihan. Ia berusaha untuk fokus pada visinya, mencari petunjuk yang bisa membantunya memahami apa yang akan terjadi.
Saat ia berjalan menyusuri lorong-lorong pasar malam, matanya tertuju pada sebuah toko pakaian bekas. Di antara tumpukan kain lusuh, ia melihat sebuah dress. Dress itu sederhana, terbuat dari kain katun berwarna krem dengan sulaman bunga-bunga kecil di bagian dada. Namun, ada sesuatu yang aneh dengan dress itu. Aura yang dipancarkannya terasa kuat, seolah menyimpan sebuah rahasia.
Elara mendekati dress itu dan menyentuhnya. Saat jarinya menyentuh kain, ia merasakan sengatan listrik yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Sebuah penglihatan muncul di benaknya: seorang wanita muda mengenakan dress itu, berdiri di tepi tebing, memandang ke laut lepas. Wanita itu tampak sedih dan putus asa.
Elara terkejut dan menarik tangannya. Ia merasa jantungnya berdebar kencang. Ia tahu bahwa dress itu adalah kunci dari visinya yang terganggu. Namun, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
Pemilik toko, seorang wanita tua dengan mata yang bijaksana, mendekati Elara. "Kau tertarik dengan dress itu?" tanyanya dengan suara serak.
Elara mengangguk. "Aku merasakan sesuatu yang aneh darinya," jawabnya.
Wanita tua itu tersenyum. "Dress itu memiliki sejarah," katanya. "Dress itu dulunya milik seorang wanita muda bernama Anya. Ia adalah seorang seniman yang berbakat, namun ia mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya. Ia merasa kehilangan dan putus asa."
Wanita tua itu melanjutkan ceritanya. Anya tinggal di sebuah desa kecil di tepi laut. Ia sangat mencintai laut, namun ia juga merasa terisolasi dan kesepian. Ia sering menghabiskan waktunya di tepi tebing, memandang ke laut lepas, mencari inspirasi.
Suatu hari, Anya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Ia mengenakan dress kesayangannya, dress yang ia beli di pasar malam, dan pergi ke tepi tebing. Ia berdiri di sana, memandang ke laut lepas, dan bersiap untuk melompat.
Namun, saat ia hendak melompat, ia melihat seekor burung camar yang terbang di atasnya. Burung camar itu tampak bebas dan bahagia. Anya merasa terinspirasi oleh burung camar itu. Ia menyadari bahwa hidupnya masih memiliki arti. Ia memutuskan untuk tidak melompat.
Anya kembali ke rumahnya dan mulai melukis. Ia melukis burung camar yang telah menyelamatkan hidupnya. Lukisan itu menjadi sangat terkenal dan membawa Anya menuju kesuksesan.
Wanita tua itu berhenti bercerita. "Dress itu adalah simbol dari harapan dan kesempatan kedua," katanya. "Dress itu mengingatkan kita bahwa bahkan di saat-saat tergelap dalam hidup kita, selalu ada harapan."
Elara terdiam. Ia merasa terharu dengan cerita tentang Anya. Ia menyadari bahwa titik butanya bukanlah tentang masa depan, melainkan tentang masa lalu. Dress itu adalah kunci untuk memahami masa lalu, untuk memahami kisah Anya.
Elara membeli dress itu dari wanita tua itu. Ia membawanya kembali ke gubuknya dan meletakkannya di tempat yang istimewa. Ia tahu bahwa dress itu akan membantunya untuk melihat lebih jelas, untuk memahami masa depan dengan lebih baik.
Sejak saat itu, Elara mulai menggunakan dress itu sebagai alat untuk memprediksi masa depan. Ia akan menyentuh dress itu dan memfokuskan pikirannya pada orang yang ingin ia lihat masa depannya. Dress itu akan membantunya untuk melihat masa lalu orang itu, untuk memahami apa yang telah membentuk mereka menjadi seperti sekarang ini.
Elara menjadi semakin terkenal. Orang-orang datang padanya dari seluruh penjuru negeri untuk meminta bantuannya. Ia membantu mereka untuk membuat keputusan yang tepat, untuk menghindari bahaya, dan untuk menemukan kebahagiaan.
Namun, Elara tidak pernah melupakan kisah tentang Anya. Ia tahu bahwa dress itu adalah simbol dari harapan dan kesempatan kedua. Ia selalu mengingatkan orang-orang bahwa bahkan di saat-saat tergelap dalam hidup mereka, selalu ada harapan.
Elara terus menggunakan dress itu untuk membantu orang lain selama bertahun-tahun. Ia menjadi legenda, seorang peramal yang melihat masa depan dengan hati, dengan intuisi yang diasah hingga menembus batas-batas logika. Dress dari titik buta mata hatinya menjadi simbol dari kekuatan harapan, pengingat bahwa bahkan dari kegelapan sekalipun, keindahan dan kesempatan dapat tumbuh subur. Dan Elara, sang Titik Buta, terus membimbing orang-orang melalui jalan kehidupan, satu dress, satu visi, satu harapan pada satu waktu.
Pada akhirnya, dress itu bukan hanya sebuah pakaian, melainkan sebuah jembatan yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Dress itu adalah bukti bahwa bahkan dari titik buta sekalipun, kita bisa menemukan kejelasan, harapan, dan jalan menuju takdir yang lebih baik. Dress itu adalah warisan Elara, warisan seorang peramal yang melihat dunia dengan hati, bukan hanya dengan mata. Dan cerita tentang dress itu akan terus diceritakan, dari generasi ke generasi, sebagai pengingat bahwa keajaiban selalu ada, bahkan di tempat-tempat yang paling tidak terduga.